Setelah terakhir kali merilis single Dance on Fire, sebuah flashback dari lagu N for Nothin’ Kompilasi Rakyat Volume 2 sebuah kolaborasi 3 media Igunsudarmono, Folkslokal, dan BandTemenLoe. Dance on Fire menjadi lagu pertama Mighfar yang masuk playlist Spotify Skena Gres setelah proses produksi yang matang dan merilis secara konsisten, mengikuti arus ombak musisi-musisi besar yang mulai aktif di tahun 2022.
Sesuai rencana sebulan kemudian Mighfar Suganda melanjutkan estafet Album Meanor dengan merilis lagu berjudul Last Queue (Meanor) pada 19 Mei 2022, lagu ini punya makna cerita yang sangat dalam dalam karena latar belakang cerita diambil dari sosok paling dekat, yaitu ibunya sendiri. Semua bermula dari Mighfar Suganda mulai hidup sendiri di luar kota sejak kuliah sampai bekerja, sudah jarang pulang karena sibuk dengan dunianya sendiri. Hingga saat pandemi datang dan terpaksa harus work from home, dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Mighfar menjadi sering ngobrol dan deep talk dengan ibunya, yang sebelumnya pulang sebentar dan weekend sering tidur dirumah karena kelelahan bekerja. Ibunya terlihat sangat bahagia saat dia pulang.
Lalu Ibunya akhirnya bercerita bahwa sebenarnya saat Mighfar lulus kuliah, ingin dia dirumah dan tidak bekerja di luar kota, namun karena saat itu dunia berubah sangat cepat, belum sebulan setelah wisuda Mighfar sudah diterima kerja di sebuah perusahaan besar, dan ibunya terpaksa melepasnya untuk mencari pengalaman dunia kerja yang keras, hal ini tidak pernah dikatakan sebelumnya. Sebuah kesalahpahaman, karena Mighfar bekerja di luar kota, di bidang yang tidak dia cintai selama bertahun-tahun untuk membuat orang tuanya bangga, namun kenyataannya mereka ingin dia dirumah, dan membebaskan bekerja sesuai passionnya. Kenyataan dunia yang aneh karena sebuah komunikasi yang buruk, terkadang kerja keras memang tidak ada guna nya apabila tanpa arah.
Saat itulah inspirasi menulis lirik dengan tema perspektif sang ibu yang menunggu nya pulang ke rumah. Sebuah pesan rindu kepada seseorang yang sangat kita sayangi. Bagaimana kita harus bisa menahan perasaan untuk tidak menelpon dan memberi pesan yang mungkin mengganggu nya saat sibuk menjalani kehidupan jauh disana. Menahan perasaan untuk mengobrol panjang lebar dan bercerita, karena seseorang yang kita sayang kelelahan dan butuh istirahat saat pulang kerumah. Bertahun-tahun menahan perasaan itu tanpa berani menyampaikannya untuk membuatnya fokus dengan apa yang dilakukannya.
Dari latar belakang tersebut lirik lagu Last Queue dibuat simbol sepasang kekasih yang terpisah oleh jarak, yang mempunyai makna multitafsir, bisa jadi seorang istri yang menunggu suaminya pulang, atau seorang wanita yang menunggu kekasihnya pulang, atau bahkan seseorang yang menunggu mantannya putus dengan pacar dan mau balikan dengannya. Sebuah kerinduan kepada orang yang tersayang. Judul Last Queue yang bermakna antrian terakhir, menunggu memang membosankan apalagi kalau menjadi antrian terakhir, tapi kalau kita menunggu orang yang kita sayang berapa lama apapun itu, kita akan setia menunggunya pulang, karena kebahagiaan saat bertemu sekian lama sangatlah indah. Inti dari lagu ini adalah kerinduan untuk orang yang disayangi dan setia menunggu nya pulang.
Semua proses produksi Last Queue dari gitar, piano, synthesizer, pad, strings, ambience, dan semua vocal dilakukan mandiri oleh Mighfar Suganda di kamar studio, kecuali instrumen bass, dibantu oleh Yosan Aponno, additional bassist yang selalu yang juga bassist dari band Redwine. bisa dibilang proses produksinya terasa effortless, Mighfar bersenandung sendu dan memetik gitar pelan, setelah mendengar cerita itu, dan langsung tercipta reff.
“I’ll be there forever waiting you to come home”.
Lalu, Mighfar dengan cepat memperbaiki lirik verse yang masih berantakan bahasa “nyamuk”. Merekam gitar akustik dan lead gitar elektrik yang punya scale nada minor yang menyayat seperti biasa. One take Piano yang memberi harmoni di intro dan outro lagu. Menciptakan variasi drum slow ke ngebeat bergantian dengan emosi lagu ini. Kemudian strings, pad, dan synthesizer untuk menjadikan lagu lebih bernyawa dan menyentuh dan yang Take vocal seluruh track nya saat itu sebelum semua emosi nya memudar. Hingga sampai lagu ke revisi akhir mixing mastering tidak sampai 2 minggu, Last Queue, lagu yang bercerita tentang penantian panjang namun diproduksi dengan cukup singkat tanpa hambatan.
Last Queue (Meanor) memberikan sebuah masalah dan kesedihan lain dari tema Quarter Life Crisis yang diangkat dan diselami di album Meanor, sebuah perspektif berbeda dari orang terdekat yang sedang mengalami quarter life crisis, kehidupan berat bukan tentang kalian yang mengalami quarter life crisis, namun juga mereka orang terdekat yang berusaha memahami dan mendukungnya untuk bisa melewati masa tersebut.
Artwork dari lagu Last Queue didesain oleh Dfisagety salah seorang seniman berpengaruh di Magelang dan juga illustrator dan graphic designer muda berbakat asal kota Magelang, yang sudah sering melakukan pameran seni di gedung kebudayaan di Magelang dan sekitarnya, seperti Gedung Loka Budaya Drs Soekimin Adiwiratmoko.
Sebuah artwork foto yang menunjukkan seorang wanita yang sedang duduk sendirian menatap jendela pekat-pekat, seperti menantikan seseorang. Setting waktu terlihat malam, seperti terasa sudah lama menunggu, dengan bayangan-bayangan di sekitarnya, semua kenangan saat bisa bertemu langsung dengan orang yang disayangi. Artwork yang merepresentasikan kerinduan, penantian, dan kesetiaan.
Last Queue menjadi track ke-4 album Meanor yang sudah dirilis yang juga akan diikuti track lainnya hingga akhir tahun menyambut album Meanor mengudara bersamaan dengan sebuah film pendek visualisasi benang merah lagu-lagunya.