Jakarta adalah pusat dari segalanya. Infrastruktur, fasilitas, pasar, media, dan segala yang mendukung pergerakan di bidang apapun—termasuk bidang kreatif—tersentral di sana.
Hal ini menjadikan Jakarta magnet yang menarik segala potensi dari daerah-daerah di sekitarnya dan pada saat yang sama mematikan pertumbuhan pergerakan di daerah-daerah tersebut. Termasuk di dalamnya Bekasi—salah satu kota yang terdekat dengan Jakarta, namun justu terkena dampak paling parah dari sentralisasi—bahkan menjadi korban online bully yang sempat marak di seputaran Jabodetabek.
Isu ini yang coba diangkat melalui buku dan kompilasi musik Samping Jakarta besutan Kedubes Bekasi. Paket buku dan kompilasi musik Samping Jakarta telah diluncurkan secara resmi dalam helatan Record Skoy Day 2018 di Gudang Sarinah, Jakarta pada tanggal 22 April 2018.
Kemudian juga dalam acara Record Store Day x Indiemaret 2018 di Kedubes Bekasi pada tanggal 27 April 2018. Acara-acara berikutnya berupa pertunjukan, diskusi, dan pameran direncanakan akan diadakan di seputar Jabodetabek dan kota-kota lain di pulau Jawa. Pendistribusiannya akan bekerja sama dengan Paviliun Records.
Selain buku, dalam Samping Jakarta juga terdapat CD kompilasi musik berisi 11 band, yaitu Imigran Angin, Sir Lommar John, Kabar Burung, Makmur Sejahtera, Beautiful Garbage, Horse Planet Police Department, Primata, Isaac, Ruang Damai, Obsoletala, dan Son of a Bit. Mereka kerap nongkrong, berdiskusi seputar permasalahan sentralisasi Jakarta dan secara kolektif membuat acara
musik di Kedubes Bekasi. Sejak akhir 2016, seri “Main Di Kedubes” dicanangkan sebagai nama panggung musik yang rutin diadakan setiap bulan dan telah menerima tamu penampil dari berbagai kota termasuk Tangerang, Yogyakarta, Malang, hingga Samarinda.
Melalui obrolan dengan kawan-kawan penggiat dari berbagai kota itulah ternyata ditemukan isu yang sama. Sejak pertengahan 2017 Kedubes Bekasi mulai berupaya mendokumentasikan hasil dialog dan diskusi ini. Hingga akhirnya terpilihlah tajuk Samping Jakarta yang mempertegas keinginan untuk lepas dari sentralisasi Jakarta di segala aspek, terutama dalam hal berkesenian.
Kedubes Bekasi sendiri adalah hasil evolusi dari usaha yang telah digalakkan sejak beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, pengelola Fit&Food Kantin, Fithor Faris, mulai mencermati pola sosial, budaya, serta karakteristik daerah Bekasi dengan mengadakan diskusi-diskusi, panggung seni, dan berbagai acara sejenis secara rutin. Nama Kedubes Bekasi sendiri akhirnya dicanangkan pada tanggal 1 November 2015 sebagai respons terhadap online bully yang menimpa Bekasi.
Berlokasi di Jalan Raya Jatikramat No.2A Jatiasih Bekasi, kolektif yang beranggotakan seniman, komikus, merchandiser, fotografer, dan ragam profesi seni lainnya ini telah menginisiasi berbagai macam kegiatan seperti lokakarya, diskusi, pemutaran film, pasar seni, dan panggung musik lewat kolaborasi dengan berbagai komunitas lain di Bekasi dan sekitarnya. Cita-citanya satu: menjadikan Bekasi kota yang memiliki atmosfer seru untuk berkesenian seperti kota-kota besar lainnya.