Lahir di tengah-tengah pesatnya arus informasi dan cepatnya laju teknologi, menjadikan warna dari musik band ini sedikit lebih cadas, dengan beat yang cepat, namun tetap sarat akan lirik-lirik yang menggambarkan nuansa kesenduan. Seperti bersatunya hal yang bertolak belakang, keterpaduan antara unsur yang bersifat kontradiktif coba dilukiskan ke dalam karya-karya mereka.
Dilatarbelakangi oleh hal yang rumpang dan timpang dari potret kehidupan manusia yang semakin dimudahkan oleh teknologi, namun semakin teralienasi dari rutinitas sosial dan lingungan sekitar, kemudian diadopsi menjadi sebuah gaya baru dalam bermusik ala Colored Mixtapes.
Salah satu ciri khas dari karya-karya yang dihasilkan adalah padatnya nuansa efek overdrive. Seperti kita tahu, suara yang dihasilkan dari efek gitar ini menggambarkan bagaimana konsep yang lebih lembut dari distorsi. Hal ini sekaligus sebagai representasi atas kejengahan atas lingkungan yang sporadis dan kaku, namun kita tetap tidak boleh untuk berhenti berharap. Jika distorsi menggambarkan kehidupan dan ekspresi yang kasar, maka Colored Mixtapes lebih menekankan pada semangat tetap optimis sekalipun kita digempur oleh berbagai masalah dan tekanan yang sulit untuk dilukiskan.
Di sisi lain, kontradiksi antara ekspresi musik yang keras dengan substansi yang cenderung dekat dengan perasaan dipilih sebagai alternatif untuk menggambarkan banyaknya fenomena yang dewasa ini semakin membuat kita bingung. Bagaimana mungkin seorang komedian yang setiap hari tertawa justru setiap harinya juga mengalami depresi?
Bagaimana mungkin seseorang yang sudah sampai pada puncak kehidupannya tapi masih merasa gagal? Atau, justru sebaliknya, banyak dari potret kehidupan orang-orang yang cara hidupnya biasa-biasa saja, tapi sebagian besar dari mereka merasa bahagia. Tentu jawabannya sangat kompleks dan beragam. Apapun itu, potret inilah yang sebagian besar menjiwai proses kreatif band Colored Mixtapes dalam menciptakan karya-karyanya.
Berawal di tahun 2015, sekelompok pemuda yang terdiri dari Cindy, Andy, Arda, Vio, dan Heru telah membuat band Indie-Pop bernuansa Alvvays bernama Bayes Theory. Mereka telah melahirkan tiga buah karya original, antara lain “Faith”, “Serendipity”, dan “Hate”. Akan tetapi, setelah tiga tahun berjalan, karir mereka terhenti. Beberapa personil yang mulai disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar aktivitas band, membuat Colored Mixtapes sempat vakum berkarya.
Tibalah di penghujung tahun 2018, Cindy sang vokalis dan Andy sang Drumer bertemu dengan teman dari satu kampusnya. Tanpa disangka, mereka memiliki kesamaan pandangan dalam bermusik. Adalah Mahe yang kemudian didapuk menjadi Gitaris dan Iyan sebagai Basist bersepakat membuat formasi grup band baru, yang kemudian mereka menamainya dengan sebutan Colored Mixtapes.
Seperti gambaran di atas, kompleksitas dan kontradiksi dalam kehidupan ternyata turut serta menjiwai setiap peran yang kita mainkan. Salah satunya adalah warna dan cara kita dalam bermusik. Adapun single pertama yang akan dirilis di berbagai media stream musik tahun ini adalah “Carousel”.
Lagu dengan nuansa musik yang bersemangat ini bercerita tentang naik turunnya suasana hati yang disebabkan oleh penantian tak berujung. Sebuah penantian seseorang yang belum pasti kembali atau bahkan tak mungkin kembali. Oleh karena itu, perspektif yang ingin diperlihatkan adalah seperti apapun kegalauan yang melanda, kita tetap tidak boleh berpikiran bahwa semua ini telah berakhir. Masih ada harapan. Masih ada jalan.