Adalah Raden Silva (Vocal), Dominico Bertho (Vocal, Guitar), Eru Ahmadia (Guitar), Galih Danurwendo (Bass), dan Rio Heryan (Additional Drum). Bermula terbentuk tahun 2012 di Surakarta, sembari diiringi pergantian personil dan menetapkan diri dengan nama panggung “Suaserima” pada tahun 2015.
Pendekatan musik yang kami usung dan ilhami seputar musik Alternatif Pop-Rock era 80-90, Experimental, dan masih banyak lagi. Sering kali terinspirasi mendatangkan nuansa Ambient dalam pemilihan sound. Secara keseluruhan, kami nyaman untuk menjabarkannya dalam sebuah musik Alternatif.
Memulai proses merekam album penuh tahun 2016-2017 dan menghadirkan terlebih dahulu single pertama “Memorabilia” pada Juni 2017. Kemudian, September 2018 sepakat untuk merilis debut album “Kilas Masa” melalui format rilisan fisik CD yang dicetak terbatas sebanyak 100pcs. Pada November 2018 pun album ini sudah bisa dinikmati melalui berbagai platform digital: Spotify, Deezer, iTunes, dsb.
Tersemat 10 lagu dari kumpulan materi lama dan teranyar. Album “Kilas Masa” merangkum perihal yang telah dijalani semasa hidup dari sudut pandang kami. Bahkan, bukan hal muluk dan jauh dari yang diketahui. Tidak lepas dari tema tentang realitas hidup, perkembangan zaman, interaksi sosial-lingkungan sekitar, dan pengalaman secara personal.
Sebut saja “Memorabilia” bercerita tentang momen persahabatan dan pengingat masa sebelum akhirnya seorang dewasa memutuskan untuk larut dalam kesibukan bekerja, merantau,dan sebagainya. Hiruk pikuk yang terjadi tidak pernah menyurutkan keinginan sahabat untuk saling bertemu, mengingat cerita lama yang masih asyik dibincangkan, dan membagikan cerita baru yang tidak kalah menarik.
Ada pula “Manusia” dan “Sederhana” sebagai bentuk refleksi dan pengingat diri sendiri atas kodrat manusia untuk menjadi sewajarnya dan peduli dengan beberapa hal di sekitar yang menyangkut hubungan dengan manusia lain.
Pada track “Salam Jiwa” memuat balada pegawai korporat dan segala rutinitasnya demi kelangsungan hidup, tanpa bisa menawar banyak waktu pada sisi idealisnya. “Mengandai Cahaya” pun menyangkut bahwasanya jati diri manusia dengan yang lain diciptakan berbeda, tidak bisa dipaksakan, dan memiliki andil penuh untuk menjalani alur kehidupannya sendiri. Bila senja biasanya digaungkan pemuda/i masa kini untuk menikmati hari dan bersantai sejenak, lain halnya dengan “Senja Gulana”. Kami mendedikasikan untuk kepergian jiwa handaitulan, orang terdekat, dan beberapa waktu yang telah terjadi dengan segala macam kabar kelam yang merudung saat rentang
lagu tersebut dibuat.
Masih berkutat dengan tema di album kami. Bentuk kekecewaan terhadap minimnya apresiasi untuk musisi kota sendiri juga kami tuangkan dalam bait “Serumpun Layu”. Bukannya tidak berusaha lebih, sepertinya banyak musisi dan talenta baru kota sendiri selalu bersaing berkarya baik dan membuat pergerakan berarti, namun memang pada kenyataannya mayoritas pendengar dalam kota sendiri masih terlanjur nyaman dan memiliki harapan lebih pada musisi kota besar yang sedang naik daun. Tidak jarang musisi kota sendiri kurang dimanusiakan dan berada dalam kasta cadangan di tiap pertunjukkan.
Akhirnya, jalan satu-satunya yang dapat dilakukan adalah konsisten berkarya baik dan berharap suatu saat mereka sadar untuk lebih memiliki teman serumpunnya.
Beberapa materi dan penggalan lagu lain masih dalam ranah pengalaman yang telah kami alami.
Alangkah lebih menyenangkan apabila pendengar dapat memiliki tafsir personal dalam memahami karya yang kami buat. Selamat melekat dalam Kilas Masa.
Suaserima – Kilas Masa (Teaser):